Kamis, 20 Januari 2011

Dalam Perjanjian Baru

Kalau dalam Perjanjian Lama konsep Tritunggal tidak terlalu jelas dan hanya bersifat indikatif saja, maka dalam Perjanjian Baru, kebenaran ini sangat jelas dan sungguh ditekankan. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa:

Ada tiga pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus) yang sering disebutkan secara bersama-sama. Ayat-ayat di bawah ini memperlihatkan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus disebutkan secara bersama-sama. Mat 3:16-17 : “Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan : “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku (Bapa) berkenan.”  Mat 28:19 : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Juga 2 Kor 13:13 : “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus  menyertai kamu sekalian.” Bandingkan juga dengan ayat-ayat lain seperti 1 Kor 12:4-6; Efesus 1:13-14; 1 Petrus 1:2; 3:18 dan Wahyu 1:4-5.

Ada tiga pribadi yang dinyatakan sebagai Allah dan memiliki kualitas ilahi yang sama dalam berbagai hal. Setelah melihat ayat-ayat di atas, maka pertanyaan penting yang harus dipikirkan adalah “Siapakah Anak (Yesus Kristus) dan Roh Kudus ini sehingga Nama “Mereka” layak disejajarkan dengan Nama Allah (Bapa)?”  Tentang Allah Bapa, tentunya tidak ada masalah lagi yang berkaitan dengan keilahian-Nya, sebab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dengan sangat jelas berbicara tentang Ia sebagai Allah, dan juga bahwa dalam kerangka doktrin Tritunggal, pribadi Bapa sangat jarang dipersoalkan. Tetapi bagaimana dengan Anak dan Roh Kudus? Kedua oknum ini sungguh-sungguh menjadi persoalan dan titik pusat perdebatan (terutama Sang Anak). Siapakah Mereka? Apa hubungan Mereka dengan Allah (Bapa)? Untuk lebih jelasnya, betapa perlu melihat kedua pribadi ini (Anak dan Roh Kudus) satu per satu secara khusus tentang keilahian Mereka : 

(1) Anak (Yesus Kristus) Iman Kristen yang ortodoks berdiri dengan kokoh di atas dasar keilahian Kristus. Jikalau Yesus Kristus ternyata bukan Allah, maka runtuhlah fondasi iman Kristen. Itulah sebabnya betapa penting untuk memahami pribadi Kristus dengan benar. Di Kaisarea Filipi Yesus pernah mengajukan suatu pertanyaan tantangan, “Kata orang banyak siapakah Aku ini?” (Luk 9:18-21). Lalu murid-murid pun menjawab sesuai dengan pendapat orang banyak bahwa ada yang mengatakan Yoh Pembaptis, ada juga yang mengatakan Elia, Yeremia atau seorang dari para nabi. Tetapi setelah itu Yesus melanjutkan pertanyaan-Nya yang sangat bersifat pribadi, “Menurut kamu siapakah Aku ini?” Lalu Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias Anak Allah yang hidup.” Menanggapi jawaban Petrus, Yesus berkata “…engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Kata “di atas batu karang ini” sebenarnya tidak menunjuk kepada Petrus secara pribadi melainkan kepada pengakuannya itu. Jadi dengan kata lain gereja berdiri atas dasar pengakuan terhadap keilahian Kristus. ”Apakah pendapatmu tentang Kristus?”  merupakan pertanyaan utama  dalam kehidupan setia orang Kristen. (Thiessen : 142). Atas kebenaran inilah maka betapa pentingnya memikirkan keilahian Kristus. Secara ringkas iman Kristen mengakui keilahian Kristus karena beberapa hal. Ia memiliki nama ilahi di mana Ia disebut Allah (Ibr 1:8), Ia disebut Anak Allah (Mat 16:16-17), Ia disebut Raja segala raja, Tuhan segala tuan (Wahyu 19:16). Ia juga  memiliki sifat-sifat ilahi di mana Ia kekal (Yoh 1:15; 8:58; 17:5, 24; Kolose 1:15, dll), Ia maha hadir (Mat 18:20; 28:20, dll), Ia maha tahu (Yoh 2:24-25; 16:30; 21:17; Luk 6:8; 11:17, dll), Ia maha kuasa. Ia berkuasa atas penyakit (Luk 4:39), atas setan (Luk 4:34-35), atas segala yang hidup (Yoh 17:2), atas alam semesta (Mat 8:26) dan atas kematian (Luk 7:12-17). Ia juga suci (Ibr 7:26-28) dan tidak berubah (Ibr 13:8; 1:12). Ia melakukan tindakan-tindakan ilahi & tidak menolak diperlakukan sebagai yang ilahi di mana Ia mencipta (Yoh 1:3; Kolose 1:16; Ibr 1:10), menopang segala sesuatu (Kolose 1:17), mengampuni dosa (Mat 9:2, 6; Luk 7:47-48), membangkitkan orang mati (Luk 7 :11-17), menghukum manusia (2 Timotius 4 :1 ; Yoh 5 :22-23) dan juga memberi hidup yang kekal (Yoh 10:28; 17:2) serta menerima penyembahan dari manusia (Mat 14:33; Luk 24:52; Ibr 1:6; Yoh 20:28; Wahyu 5:8).

(2) Roh Kudus. Sama seperti Kristus, Roh Kudus juga adalah oknum ilahi yang berada di samping dan bersama-sama dengan Allah. Tetapi sebelum melihat bukti-bukti alkitabiah tentang keilahian Roh Kudus, haruslah diingat bahwa doktrin Roh Kudus juga mendapat tantangan yang sangat berat. Roh kudus tidak diakui sebagai suatu pribadi, seperti pandangan Schleirmacher yang melihat Roh Kudus hanya sebagai suatu gerakan dan inspirasi yang bersifat agama saja. (Stephen Tong; Roh Kudus, Doa dan Kebangunan; 1995; hal. 2). Oleh sebab itu, sangatlah penting melihat dan meneliti apa kata Alkitab tentang hal ini. Sebab, sama seperti apa yang dikatakan oleh Loraine Boettner bahwa setelah kepribadian Roh Kudus didirikan, hanya sedikit orang yang menyangkal keilahian-Nya. Jelas Ia bukan makhluk ciptaan, maka kalau mengakui kepribadian-Nya, haruslah menerima keilahian-Nya juga (Loraine Boettner, 1947: 89). Alkitab juga jelas memberikan bukti-bukti tentang kepribadian Roh Kudus antara lain : Bukti melalui keberadaan-Nya di mana Ia memiliki pikiran (Rom 8:27), perasaan (Efesus 4:30) dan  kehendak (1 Kor 12:11). Bukti melalui karya-karya-Nya di mana Ia mengajar (Yoh 14:26), memimpin (Rom 8:14), memerintah (Kis 8:29) dan juga berkata-kata (Yoh 15:26; 2 Petrus 1:21). Bukti melalui pengakuan yang dikenakan kepada-Nya di mana Ia bisa ditipu (Kis 5:3), bisa ditentang (Kis 7 :51), bisa dihujat (Mat 12 :31), didukakan (Efesus 4:30) dan dihina (Ibr 10:29). Dengan demikian Roh Kudus adalah suatu pribadi, namun bukan hanya pribadi saja tetapi pribadi ilahi. Keilahian-Nya ini dapat dilihat dari kenyataan-kenyataan bahwa : Ia memiliki nama-nama ilahi di mana Ia disebut Allah (1 Kor 6:11), disebut Roh Kristus (Rom 8:9), disebut Roh yang kekal (Ibr 9:11), disebut Roh kebenaran (Yoh 16:13), disebut Roh kemuliaan (1 Petrus 4:14) dan disebut Roh kekudusan (Rom 1:4). Ia juga disetarakan dengan Bapa dan Anak (Mat 28:19; 2 Kor 13:13). Ia memiliki sifat-sifat ilahi seperti maha tahu (Yoh 14:26; 16:13; 1 Kor 2:10-11), maha kuasa (Luk 1:35; Kis 1:2), maha hadir (Maz 139 :7-10), memberi hidup (Rom 8:2) dan Ia kekal (Ibr 9:14) dan Ia melakukan tindakan-tindakan ilahi seperti  terlibat dalam karya penciptaan (Kej 1:2), mengilhamkan Firman Allah (2 Pet 1 :21), berkarya dalam proses inkarnasi (Luk 1:35), meyakinkan orang percaya (Yoh 16:8), melahirbarukan manusia (Yoh 3:5-6), memberi penghiburan (Yoh 14:26) dan menyucikan /menguduskan (2 Tes 2:13). Fakta-fakta di atas (tentang Anak dan Roh Kudus) telah membuktikan bahwa Anak dan Roh Kudus memiliki kualitas ilahi yang sama dengan Bapa. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ada tiga pribadi ilahi yang hidup berdampingan dari kekal hingga kekal, yakni Bapa, Anak dan Roh Kudus. Inilah Tritunggal.                                                     


Roh Kudus

Allah Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. Allah Roh Kudus (dalam bahasa Ibrani רוח הקודש Ruah haqodesh) hanya dipercayai oleh umat Kristiani dan adalah Pribadi penolong yang memimpin kita, dalam bentuk Roh (pneuma bhs. Yunani: πνεύμα) yang dijanjikan oleh Yesus sebelum kenaikannya ke surga (tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul 1:6-9).

Menurut ajaran Kristiani, seorang Kristen memiliki Roh Kudus di dalam dirinya. Roh tersebut berfungsi sebagai penolong, pemimpin, penghibur, dan teman yang setia. Roh Kudus menuntun umat Kristiani agar hidup sejalan dengan kehendak Tuhan. Roh Kudus juga merupakan penghubung antara umat Kristiani dengan Tuhannya.

Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang menyebabkan orang percaya kepada Yesus. Dia pulalah yang memampukan mereka menjalani hidup Kristen. Roh tinggal di dalam diri setiap orang Kristen sejati. Setiap tubuh orang Kristen adalah Bait Suci tempat tinggal Roh (1 Korintus 3:16). Roh Kudus digambarkan sebagai 'Penghibur' atau 'Penolong' (paracletus dalam bahasa Latin, yang berasal dari bahasa Yunani, parakletos), dan memimpin mereka dalam jalan kebenaran. Karya Roh di dalam kehidupan seseorang dipercayai akan memberikan hasil-hasil yang positif, yang dikenal sebagai Buah-buah Roh.

Rasul Paulus mengajarkan bahwa seorang pengikut Kristus haruslah dapat dikenali melalui buah-buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23).

Orang Kristen juga percaya bahwa Roh Kudus jugalah yang memberikan karunia-karunia (kemampuan) khusus kepada orang Kristen, yang antara lain meliputi karunia-karunia karismatik seperti nubuat, berbahasa Roh, menyembuhkan, dan pengetahuan.

Orang Kristen arus utama yang berpandangan sesasionisme percaya bahwa karunia-karunia ini hanya diberikan pada masa Perjanjian Baru. Orang Kristen percaya hampir secara universal bahwa "karunia-karunia roh" yang lebih duniawi masih berfungsi pada masa kini, antara lain karunia pelayanan, mengajar, memberi, memimpin, dan kemurahan (lih. mis. Roma 12:6-8). Dalam sekte-sekte Kristen tertentu, pengalaman Roh Kudus digambarkan sebagai "pengurapan". Di kalangan gereja-gereja Afrika-Amerika, pengalaman bersama Roh Kudus digambarkan sebagai suatu "kesukacitaan".
Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang dimaksudkan Yesus ketika ia menjanjikan "Penghibur" (artinya, "yang memberikan kekuatan) dalam Yohanes 14:26. Setelah kebangkitan, Yesus berkata kepada murid-muridnya bahwa mereka akan "membaptiskan dengan Roh Kudus", dan akan menerima kuasa untuk peristiwa itu (Kisah 1:4-8). Janji ini digenapi dalam peristiwa-peristiwa yang dilaporkan dalam Kisah ps. 2.

Pencurahan Roh Kudus terjadi pada hari Pentakosta, sepuluh hari setelah kenaikan Yesus ke surga atau lima puluh hari setelah peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian. Peristia ini terjadi di Yerusalem pada sebuah ruang atas. Angin yang keras bertiup, lalu lidah-lidah api tampak di atas kepala para murid Yesus. Banyak orang yang kemudian mendengar para murid itu berbicara, masing-masing dalam bermacam-macam bahasa. Menurut Alkitab, murid-murid Yesus pada hari mereka menerima Roh Kudus mampu mempertobatkan tiga ribu jiwa. Masing-masing memberi dirinya dibaptis (Kitab Kisah Para Rasul pasal 2).

Meskipun bahasa yang digunakan untuk melukiskan bagaimana Yesus menerima Roh di dalam Injil Yohanes paralel dengan laporan-laporan di dalam ketiga Injil yang lainnya, Yohanes mengisahkan kejadian ini dengan maksud untuk memperlihatkan bahwa Yesus secara khusus memiliki Roh dengan tujuan menganugerahkan Roh itu kepada para pengikutnya, mempersatukan mereka dengan dirinya, dan di dalam dia juga mempersatukan mereka dengan Bapa. (Lihat Raymond Brown, "The Gospel According to John", bab tentang Pneumatology). Dalam Yohanes, karunia Roh itu sama dengan kehidupan yang kekal, pengetahuan tentang Allah, kuasa untuk menaati, dan persekutuan satu dengan yang lainnya dan dengan Sang Bapa.


Yesus kristus

Yesus dari Nazaret (kurang lebih antara 6 SM4 SM - 2933) adalah seorang tukang kayu, pengkhotbah/pengajar, penyembuh, guru/rabbi, pembuat mujizat, dan tokoh Yahudi yang paling terkenal; di dalam kekristenan juga dikenal dengan sebutan Yesus Kristus. Orang Kristen percaya, Yesus adalah Anak Allah, Tuhan, Mesias, dan Juru Selamat umat manusia; dalam Islam, Isa Almasih adalah seorang nabi penting (Nabi Isa). Yudaisme menolak anggapan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dinubuatkan dalam kitab suci.

Nama "Yesus" adalah alihaksara dari bahasa Yunani Ιησους [Iēsoûs], yang pada gilirannya juga merupakan alihaksara dari bahasa Aram atau bahasa Ibrani yaitu:Yeshua, yang berarti : Keselamatan, atau "Tuhan adalah keselamatan", "Tuhan menyelamatkan". "Kristus" adalah gelar dalam teologi juga berasal dari bahasa Yunani Χριστός [Christos], yang dari bahasa Ibrani "Mesias", berarti "yang diurapi" atau "yang terpilih". Dalam Islam, Yesus (bahasa Arab: عيسى,[Isa]) secara umum disebut dengan nama Isa bin Maryam yang berarti Isa putra dari Maria . Dia dianggap sebagai salah satu nabi penting dari Tuhan.[1][2] pembawa Injil dan pembuat keajaiban. Namun Islam tidak mengajarkan bahwa Yesus itu ilahi. Berbeda dengan masa kecilnya yang tidak diketahui (selain cerita kelahirannya dan kisah Yesus pada umur 12 tahun sedang mengajar di Bait Allah, Yerusalem), kita memiliki banyak informasi tentang tiga tahun terakhir hidupnya, dan khususnya minggu terakhir, dari keempat Injil di Alkitab serta tulisan-tulisan Paulus dan murid-muridnya yang lain. Tindakan dan perkataan Yesus yang dicatat dalam Injil merupakan ajaran dasar kekristenan. Yesus mengajar di Galilea dan Yudea, dengan pesan penyangkalan diri dan pengampunan dosa. Hukum terutama yang Yesus ajarkan adalah hukum Kasih, bahwa manusia harus mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Yesus dihukum mati di Yerusalem oleh gubernur Kerajaan Romawi, Pontius Pilatus, karena ditekan oleh massa yang gelap mata, dan dieksekusi dengan disalibkan. Yesus wafat dan dimakamkan, (berbeda dengan pandangan Islam yang tidak percaya / tidak menerima bahwa Yesus wafat dan bangkit), orang Kristen percaya bahwa Yesus bangkit kembali dari alam maut pada hari ketiga. Inilah Paskah bagi orang Kristen. Ajarannya pada awalnya disebarkan oleh keduabelas rasul Yesus, dan setelah Yudas digantikan oleh Matias. Paulus, seorang Farisi yang mula-mula menganiaya pengikut Yesus, namun akhirnya bertobat dan menjadi pengabar Injil yang masyhur. Mula-mula ajarannya disebarkan di daerah Israel kepada kaum Yahudi, namun akhirnya juga kepada bangsa-bangsa lain bukan Yahudi, dimulai dari panglima Romawi, Kornelius, hingga akhirnya merambah ke seluruh Asia Minor dan Afrika Utara, daratan Eropa Barat, Eropa Timur, Rusia, benua Amerika dan Australia, dan akhirnya ke Asia, sesuai dengan pesan terakhir Yesus untuk memberitakan Injil hingga ke ujung dunia. Pandangan Kristen tentang Yesus (lihat juga Kekristenan) berpusat pada keyakinan bahwa Yesus adalah ilahi, seorang Mesias yang kedatangan-Nya telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, dan bahwa Ia bangkit pada hari ketiga setelah disalibkan. Umat Kristiani pada dasarnya percaya bahwa Yesus adalah "Anak Allah" (secara umum dapat diartikan bahwa Ia adalah Allah Anak, oknum kedua dalam Tritunggal), yang datang ke dunia untuk menebus dosa umat manusia dan memulihkan hubungan manusia dengan Tuhan melalui kematian-Nya. Umat Kristiani juga percaya bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perawan, mujizat yang dilakukan Yesus, kenaikan ke Surga, dan kedatangan Yesus ke bumi untuk kedua kali. 


Allah Bapa

Allah disebut "Bapa" dalam pengertian yang tidak pernah dikenal sebelumnya, selain sebagai Pencipta dan Pemelihara ciptaan, dan Pelindung bagi anak-anak-Nya, umat-Nya. Bapa dikatakan mempunyai hubungan yang kekal dengan Anak Tunggal-Nya, Yesus. Hal ini menyiratkan suatu hubungan yang eksklusif dan akrab yang menjadi hakikat-Nya yang khas: "...tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya" (Matius 11:27). Dalam teologi Kristen, ini adalah ungkapan dari pengertian tentang Bapa yang menjadi hakikat sifat Allah, suatu hubungan yang kekal. Bentuk dominan dari teologi ini menyatakan bahwa hubungan ini merupakan misteri Kristen yang disebut Tritunggal.

Roma 8 : 14 - 17, "Semua orang, yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah." Dari penggalan surat Paulus kepada jemaat di Roma tsb, bahwa yang disebut anak Allah bukanlah semua orang, melainkan orang yang dipimpin Roh Allah. Jadi orang yang disebut 'anak Allah', memperoleh status itu semata-mata karena kasih karunia Allah kepadanya, bukan karena usaha atau kebaikan orang itu, melainkan hanya anugrah semata.

Bagi orang Kristen, hubungan Allah Bapa dengan manusia adalah bagaikan seorang ayah dengan anak-anaknya. Jadi, orang-orang yang terpilih oleh kasih karunia Allah disebut sebagai anak-anak Allah (Bandingkan dengan 1Petrus2:9). Bagi orang Kristen, hubungan Allah Bapa dengan umat manusia adalah laksana hubungan antara Pencipta dengan ciptaan-Nya, dan dalam hubungan itu, Ia adalah Bapa dari semuanya. Dalam pengertian ini, Perjanjian Baru mengatakan bahwa gagasan tentang keluarga berasal dari Allah Bapa (Efesus 3:15). Jadi, Allah sendiri adalah model bagi keluarga.

Namun demikian, orang Kristen percaya bahwa mereka dijadikan partisipan di dalam hubungan yang kekal antara Bapa dan Anak, melalui Yesus Kristus. Orang Kristen menyebut diri mereka anak-anak Allah melalui pengangkatan:
Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah. (Galatia 4:4-7)





Daftar pustaka

http://id.wikipedia.org
www.sabdaspace.org
www.einjil.com





zwani.com myspace graphic comments
Twitter Backgrounds